Yeay ! akhirnya gue wisuda juga ! udah jadi I.G.A Ayu Chandrasari SE . Nambah panjang dah nama gue :p . Wisuda di jcc dan dapat sesi pagi, pagi2 buta gue udah mandi, muka jg udah kaya muka bantal banget ahahah tp excited banget !!! makasih loh spongebob (ajeng) udah bela2in nginep dirumah buat dateng ke wisuda gue , aku jadi terharu :') .
chandrachandra
Kamis, 08 Mei 2014
SIDANG SARJANA EKONOMI
*baru mulai post lagi*
Tanggal 30 november 2013 gue lulus sidang sarjana dan resmi menjadi SE. Senengnya bukan main, walopun harus menempuh sidang kompre yang kalo kata mahasiswa/i dikampus gue itu sidang yang paling menakutkan dibanding skripsi karena kemungkinan lulus ngga nya 50:50. Tapi dengan modal keyakinan, berdoa dan belajar akhirnya gue lulus juga kok ahaha.. malah enak setelah sidang gak usah ada revisi2an kaya sidang skripsi *piss sama yang skripsi* :p senengnya saat sidang sahabat-sahabat gue dateng yaa walopun gak semuanya sih karna yang 3 orang lain nya udh kerja dan gak bisa datang, tapi support sama doa mereka itu udh cukup kok hehe.. Terakhir gue mau ucapin makasih sama Tuhan, keluarga gue dan sahabat-sahabat gue yang udah selalu support gue sehingga bisa lulus sidang sarjana . cihuyyyy !!!!!!!!!!!!!
Selasa, 18 Juni 2013
From Continous Improvement to Continous Innovation
Kita
sudah sering mendengar dan akrab dengan terminologi “continous improvement”
atau “kaizen” (dipopulerkan melalui buku yang ditulis oleh Masaaki dengan judul
kaizen: the key to japan’s competitive success) yang sangat konsekuen
diterapkan, khususnya oleh perusahaan-perusahaan jepang atau yang berbasis
filosofi ini.
Continous
improvement (CI) dari konteksnya tentu saja merupakan sebuah proses dan
merupakan bagian dari total equity management(TQM), yang sangat populer di era
90an dalam angka menuju equity excellence
(QE). Sampai kapan pun continous improvement (CI) diperlukan unuk dapat
mempertahankan dan mengembangkan perusahaan.
Apa
yang kita pikir terbaik hari ini belum tentu selamanya dianggap terbaik, demikian pula apa yang kita
pikir terbaik secara internal merupakan terbaik secara eksternal. Kita tidak
boleh cukup puas dengan kondisi “good” ataupun “better” namun harus “the best”
karena konsumen akan selalu memilih tang terbaik (the best). Ada dua aspek yang
memerlukan CI.
Pertama,
produk atau layanan (lebih kuat, lebih ringan, lebih enak, lebih cepat atau
lebih lambat atau lainnya yang berkisar di antara lebih efektif dan/atau lebih
efisien serta lebih fleksible) yang merupakan output dari rangkaian proses jadi
atau siap pakai. Kedua, proses.
Pada
tingkat produksi maupun pada supply chain (logistik) secara menyeluruh. Output
sebagai hasil CI bukan saja bersiafat kuantitatif yang dapat diukur namun juga
bersifat kualitatif yang dapat dirasakan. Apa yang menjadi dasar dari CI ?
pertama, mengacu kepada permintaan konsumen atau pemakai
Kedua,
mengacu kepada pesaing yang menjadi market leader jika perusahaan kita di
tempat atau posisi kedua, ketiga dan seterusnya, ataupun sebaliknya jika produk
kita merupakan market leader, kita dapat mengacu kepada diri sendiri dengan
melihat faktor kemampuan internal dan perubahan atau perkembangan yang terjadi
di pasar, dan melakukan perbaikan.
Proses
itu disebut benchmarking. Beberapa teknik yang biasa diterapkan antara lain
brainstorming dan problem solving (antara lain fisb one diagram), yang
merupakan peralatan standar dalam quality management. Banyak perusahaan yang
enggan melakukan CI, dengan berbagai alasan dan motif.
Pertama,
mereka berpikir bahwa untuk melakukan CI memerlukan biaya yang mahal dan belum
tentu dapat kembali dalam jangka waktu singkat padahal pada kenyataannya tidak
selalu demikian. Mahal mungkin namun menjadi relatif jika CI menghasilkan
sebuah breakthrough (terobosan) sebuah inovasi apalagi yang dapat dipatenkan,
maka biaya investasi CI akan kembali dalam waktu yang singkat.
Kedua,
berpikir bahwa hasil yang dihasilkan CI tidak cukup mengangkat penjualan, dalam
pengertian keaikan penjualan tidak cukup signifikan karena pasar telah jenuh
atau secara industri sedang declining, menurun tajam, satu dan lain mungkin
karena teknologi telah berubah dari kuno yang serba lambat menjadi modern yang
serba cepat, instan dan kilat.
Ketiga,
karena merasa diri sudah menjadi market leader, apalagi jenjang atau gap dengan
nomor dua sangat jauh dan mendorong untuk berpikir melakukan CI sebuah
kesia-siaan dan pemborosan. Statusquo sering kali menjadi faktor sebuah
kemunduran jika dunia sekeliling kita berubah.
Continous
inprovement, bukan hanya berupa proses seperti disinggung diatas, tetapi juga
menjadi filosofi bahkan harus dijadikan bagian dari budaya perusahaan
(corporate culture) yang berlaku dan diterapkan dari mulai tingkat pimpinan
tertinggi, sampai tingkat operator di paling bawah atau digaris depan.
Dari
uraian diatas maka yang perlu dipikirkan adalah bahwa CI tetap diperlukan
bahkan merupakan sebuah keharusan jika kita ingin mempertahankan dan
mengembangkan perusahaan dengan cara mempertahankan dan merebut pangsa pasar,
namun CI harus lebih ditingkatkan dengan output yang merupakan sebuah inovasi,
terobosan.
Walau
CI sendiri cenderung bersifat evolusi namun dengan perkembangan teknologi
tidaklah mustahil untuk menciptakan revolusi sementara kita melakukan proses
CI. Pengetahuan akan memungkinkan kita memperoleh hasil yang maksimal melalui
CI yang kita terapkan.
OPINI
: Secara garis besar bahwa startegi CI sangat bagus degan inovasi dan terobosan
yang akan dibuat. Para pengguna strategi tersebut juga harus melakukan riset
kepada pangsa pasar, karena pangsa pasar akan selalu berubah-ubah. Jika para
pengguna strategi tersebut melakukan riset atau review maka akan dapat diyakini
bahwa strategi tersebut dapat bertahan lama, atau bahkan bisa menjadi
perusahaan terbaik.
SUMBER
: http://m.okezone.com/read/2011/06/24/23/472155
Senin, 17 Juni 2013
MENKEU Tetapkan Standar Review Laporan Keuangan
JAKARTA
– Menteri Keuangan menetapkan Standar review atas Laporan Keuangan Kementerian
Negara/ Lembaga (LK K/L) melalui peraturan menteri keuangan nomor
41/PMK.09/2010 yang berlaku mulai 22 februari 2010.
Seperti
dikutip dari situs kementerian keuangan, di Jakarta, kamis (11/03/2010),
peraturan ini mengatur prinsip-prinsip dasar, kerangka dan dasar-dasar evaluasi
yang diperlukan oleh Aparat Pengawasan Kementrian Negara / Lembaga dalam
menjalankan dan mengevaluasi pelaksaan review.
Review
atas LK K/L diperlukan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi
telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi, dan LK K/L telah
disajikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan sehingga menghasilkan LK K/L
yang berkualitas.
Hal
ini terkait salah satu isi perjanjian kinerja antara presiden dengan menteri
KIB II dimana seluruh LK K/L harus mendapat opini unqualified atau wajar tanpa
pengecualian (WTP) paling lambat untuk LK K/L.
OPINI
: Penetapan standar review untuk laporan keuangan sangat bagus, karen laporan
keuangan yang tidak memenuhi standar tidak akan ditunjukan atau disajikan. Jadi
semua laporan keuangan yang dilaporkan sangat berkualitas sehingga dapat
mencerminakan transparasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Dengan
cara mengevaluasi laporan keuangan tersebut dapat diputuskan apakah laporan
keuangan tersebut sudah dapat disajikan dengan baik atau belum.
SUMBER
: http//m.okezone.com/read/2010/03/11/20/311591
Perusahaan RI Harus Gunakan Standar Laporan Keuangan
JAKARTA
– Penerapan Standar Internasional Pelaporan Keuangan (IFRS) oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia harus dilakukan secepatnya.
Dengan
mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya
kredibilitas pasar modal Indonesia di mata investor global, meluasnya pasar
investas lintas batas negara dan meningkatkan efisiensi alokasi modal.
Hal
tersebut dikatakan anggota Dewan Standar Akuntansi Internasional Patrick
Finnegandalam seminar nasional IFRS di Grand Hyatt , Jakarta, Selasa
(22/6/2010).
Selain
itu, dengan mengimplementasikan IFRS, perusahan akan menikmati biaya modal yang
lebih rendah, konsolidasi yang lebih mudah dan sistem teknologi informasiyang
terpadu,” tambahnya.
Kepala
Biro Akuntansi dan Keterbukaan Bapepam-LK Etty R Wulandari mengatakan, ada
sekitar 120 negara yang telah menerapkan IFRS dalam pelaporan standar keuangan.
Ada
13 pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) dan enam interpretasi yang akan
berlaku pada 1 januari 2011 serta beberapa PSAK lain yang mulai berlaku 1
januari 2012.
Sementara
anggota asosiasi emiten indonesia (AEI) Endang P Sulaksono mengatakan,
diperlukan suatu panduan bagi perusahaan dalam melakukan penyelarasan standar
konvergensi ke IFRS. “Untuk itu perlu ada pembicaraan bersama antara asosiasi,
IAI dan regulator,” tambah Endang.
OPINI
: Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas IFRS akan melindungi investor
dalam negeri, karena dengan penerapan standar internasional akan meningkatkan
kepercayaan internasional untuk melakukan investasi di Indonesia. Oleh karena
itu pemerintah harus sesegera mungkin meningkatkan kualitas IFRS, agar
perusahaan-perusahaan luar bisa atau memberanikan diri untuk berinvestasi di
Indonesia
SUMBER
: http//m.okezone.com/read/2010/06/22/278/345354
Subsidi Listrik Bakal Naik Jadi Rp 100 T
JAKARTA
– Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merevisi naik subsidi listrik APBN –
Perubahan 2013. Subsidi listrik akan naik menjadi Rp100 triliun dari sebelumnya
Rp 80,9 triliun.
Wakil
Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan, kenaikan Tarif Tenaga Listrik
(TTL) sebesar 15% yang sudah dilakukan sejak awal tahun ternyata belum
mempengaruhi beban subsidi listrik dalam APBN. Pasalnya, harga ICP meningkat
dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah.
“Nah,
ini berimplikasi kepada pengeluaran-pengeluaran keseluruhan bukan hanya
subsidi, jadi sebenarnya apa yang terjadi implikasi perubahan nilai tukar,
tentu berlaku untuk semua pengeluaran lain yang ada kaitannya dengan penggunaan
mata uang asing,” katanya saat ditemui di DPR RI, Jakarta, Senin (27/05/2013).
Mahendra
mengatakan, perbedaan harga minyak dunia juga berdampak pada penerimaan negara
melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), sehingga asumsi makro mengalami
perubahan. Menurut dia, saat ini Kemenkeu belum menerima laporan dari PT.PLN
(persero) terkait kenaikan TDL yang diberlakukan awal tahun.
“Dengan
adanya perubahan-perubahan yang dilakukan dalam tarif listrik, mestinya tidak
terlalu jauh (subsidi), namun saya nggak bisa mengkonfirmasi sekarang,” ujar
Mahendra.
OPINI
: Perubahan-perubahan yang terjadi pada tarif listrik yang terlalu tinggi
sangat disayangkan karena berdampak sangat jauh pada penerimaan negara bukan
pajak. Karena dari subsidi yang diberikan oleh pemerintah sangat jauh dari 80
menjadi 100. Jika kenaikan tarif akan dilakukannya dan seharusnya dilakukan nya
review ulang.
SUMBER : http://m.okezone.com/read/2013/05/27/20/813208
Selasa, 30 April 2013
2011 Kredit Valas Diprediksi Melambat
JAKARTA - Kredit mata uang asing atau valuta asing (valas) diperkirakan akan tumbuh lebih lambat pada 2011 dibandingkan tahun sebelumnya .
Disampaikan Analisis ICRA Indonesia Haryo Konconegoro di Jakarta, Rabu (27/4/2011), pelambata ini disebabkan peningkatan giro wajib minimum (GWM) valas menjadi sebesar delapan persen pada tahun ini.
"Karena ada peningkatan GWM dalam mata uang asing, sepertinya akan memperlambat pertumbuhan kredit dalam mata uang asing," imbuhnya.
Dijelaskannya, pada 2010 kredit valas tercatat bertumbuh 30,7% (dalam rupiah). Kemudian pertumbuhan kredit valas pada 2011 akan kembali dalam kisaran rata-rata lima tahun terakhir, yaitu sebesar 15-16 persen (dalam rupiah).
Opini : Bagi bank nesar akan tidak menjadi masalah, tapi bank menengah dan kecil harus bersaing memperebutkan dana masyarakat jika kondisinya terus seperti ini maka proyeksi kredit ditahun depan akan semakin turun, jika memberikan bunga yang tinggi otomatis akan meningkatkan biaya daa dan pastinya akan meningkatkan bunga kredit.
Sumber : http://m.okezone.com/read/2011/04/27/320/450688
Disampaikan Analisis ICRA Indonesia Haryo Konconegoro di Jakarta, Rabu (27/4/2011), pelambata ini disebabkan peningkatan giro wajib minimum (GWM) valas menjadi sebesar delapan persen pada tahun ini.
"Karena ada peningkatan GWM dalam mata uang asing, sepertinya akan memperlambat pertumbuhan kredit dalam mata uang asing," imbuhnya.
Dijelaskannya, pada 2010 kredit valas tercatat bertumbuh 30,7% (dalam rupiah). Kemudian pertumbuhan kredit valas pada 2011 akan kembali dalam kisaran rata-rata lima tahun terakhir, yaitu sebesar 15-16 persen (dalam rupiah).
Opini : Bagi bank nesar akan tidak menjadi masalah, tapi bank menengah dan kecil harus bersaing memperebutkan dana masyarakat jika kondisinya terus seperti ini maka proyeksi kredit ditahun depan akan semakin turun, jika memberikan bunga yang tinggi otomatis akan meningkatkan biaya daa dan pastinya akan meningkatkan bunga kredit.
Sumber : http://m.okezone.com/read/2011/04/27/320/450688
Langganan:
Postingan (Atom)